Monday, June 15, 2009

Keagungan dan Kebesaran Islam(3)-Hasil Keagungan Yang Sebenar

Sejarah telah membuktikan kepada kita bagaimana orang-orang kaya di zaman Rasulullah kerana mereka takut kepada Allah, takut kepada neraka Allah dan cinta kepada syurga Allah, mereka sanggup menjadi bank kepada masyarakat Islam. Ertinya orang-orang kaya di zaman itu sanggup mengorbankan harta dan wang mereka untuk memajukan masyarakat Islam. Sebagai contoh, Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar, Sayidina Abdurrahman bin Auf, Sayidina Utsman, mereka semua telah mengorbankan harta kekayaan mereka untuk membangun masyarakat Islam, membantu membangun berbagai aspek kehidupan, mengatasi kemiskinan dan penindasan kaum Yahudi. Akhirnya masyarakat Islam ketika itu dapat membangun dan mencapai kemajan tanpa bersandar kepada orang kafir. Apakah Sayidina Abu Bakar dan Sayidina Umar, Sayidina Abdurrahman bin Auf, Sayidina Utsman berkorban kereana mereka maju dalam pembangunan atau kerana banyak menguasi ilmu pengetahuan dan sebagainya. Jawabannya, tidak! Mereka sanggup berkorban kerana mereka takut kepada Allah, takut dengan neraka Allah dan cinta Syurga Allah. Bukankah sebelum itu mereka adalah orang-orang kaya tetapi mereka tidak berkorban karena mereka adalah orang yang bakhil dan tamak ketika itu. Mereka menjadi orang yang begitu pemurah hanya setelah mereka menerima Islam dan Rasulullah.

Sejarah juga telah membuktikan bagaimana orang-orang yang susah dan menderita di zaman Rasulullah dapat berlaku sabar dan redha dengan kesusahan dan penderitaan mereka setelah mereka menerima ajaran Islam dan setelah mereka takut dengan Allah, takut dengan neraka Allah dan cinta kepada Syurga Allah. Mereka tidak pernah mengeluh dengan kesusahan itu. Mereka tidak pernah merasa kecewa dengan penderitaan hingga mendapat pujian dari Allah SWT di dalam Al Qur’an:

“Orang yang tidak tahu menyangka mereka itu adalah orang-orang yang kaya karena mereka memelihara diri dari meminta-minta.” (QS Al Baqarah 273)

Kemudian kita juga dapat mengetahui dari sejarah bagaimana Sayidatina Fatimah puteri Rasulullah sentiasa ditimpa dengan barbagai ujian hidup. Di masa kecilnya, ibundanya, Sayidatina Khadijah meninggal dunia dan hiduplah beliau bersama Rasulullah yang serba miskin. Kemudian setelah dewasa, Sayidatina Fatimah menikah dengan seorang yang serba miskin iaitu Sayidina Ali. Bertambahlah penderitaan hidupnya. Yang membuatnya lebih menderita adalah Sayidina Ali sering meninggalkannya seorang diri karena Sayidina Ali adalah seorang pendakwah dan pejuang. Apabila Sayidina Ali keluar rumah, berminggu-minggu kemudian beliau baru kembali. Maklumlah, mengadakan perjalanan di masa itu adalah amat sukar. Dan pada waktu Sayidatina Fatimah tinggal seorang diri, dialah yang terpaksa menyelenggarakan urusan rumahnya seperti mengambil air di perigi yang jaraknya kira-kira sejauh empat kilometer dari rumah. Dia terpaksa berjalan kaki di tengah-tengah padang pasir yang panas dan terik di waktu siang dan sangat dingin di malam hari. Perigi itu sedalam lebih 20 hasta yang airnya diambil dengan menggunakan timba. Hampir setiap hari Sayidatina Fatimah melakukan pekerjaan ini.

Demikianlah digambarkan tentang kehidupan Sayidatina Fatimah tetapi beliau tidak pernah mengeluh tentang kesusahannya. Ini adalah kerana dia takut kepada Allah, takut kepada neraka Allah dan cinta kepada Syurga Allah. Kerana itu Sayidatina Fatimah senantiasa bersabar dan redha dengan penderitaan yang menimpa.

Kalau seseorang itu sudah takut kepada Allah dan takut kepada neraka Allah serta cinta kepada Syurga Allah, sebagaimana yang dicontohkan oleh Sayidatina Fatimah, puteri Rasulullah, inilah yang dikatakan sebagai keagungan dan kebesaran Islam itu. Dengan rasa takut kepada Allah, takut kepada neraka Allah, cinta dengan Syurga Allah ini maka manusia dapat melawan hawa nafsu dan syaitan hingga dapat melahirkan ketenangan hidup yang sebelumnya telah terhapus segala kekacauan, pertengkaran, pertentangan, peperangan. Ini telah dapat diwujudkan oleh umat Islam di zaman yang lampau. Dengan demikian keagungan Islam itu bukan terletak pada banyaknya ahli falsafah atau para pemikir, bukan terletak pada pembangunan dan kemajuannya dan bukan terletak pada kekuasaan dan luasnya wilayah pemerintahannya.

Jika kita katakan bahwa keagungan Islam itu bukan terletak pada banyaknya ilmuwan atau pada majunya pembangunannya atau pada daerah kekuasan yang luas, jangan pula dianggap bahwa kita mengatakan jangan membangun, jangan mencari ilmu pengetahuan, jangan belajar dan jangan mengushakan kemajuan. Sebab sebagaimana yang telah kita katakan tadi bahwa ingin berilmu pengetahuan, ingin menjadi pandai, ingin membangun, ingin maju dan ingin menaklukkan daerah yang luas dan ingin berkuasa adalah fitrah manusia, baik dia Islam ataupun bukan. Jadi ajaran Islam ini tidak menolak dan menghalangi kemauan fitrah manusia. Islam tidak menghalang manusia mencari ilmu pengetahuan dan Islam tidak menghalang manusia maju dan membangun. Tapi Islam menyediakan peraturan-peraturannya untuk menjamin keselamatan umat agar jangan sampai timbul kekacauan, agar jangan sampai melanggar hak asasi manusia lain dan agar tidak timbul hasad dengki dan perkelahian dan agar jangan sampai meruosak akhlak. Apa saja yang diinginkan oleh fitrah manusia, lakukanlah, tetapi mesti diatur mengikut garis-garis yang telah ditetapkan oleh Islam.

Oleh kerana itu, apa saja yang hendak kita lakukan harus memenuhi lima syarat ibadah. Fitrah ingin maju, usahakanlah kemajuan. Tetapi pertama, niat mesti betul dan mengikuti syariat. Kedua pelaksanaannya betul sesuai syariat. Ketiga, perkara yang hendak dibuat itu juga dibenarkan oleh syariat Islam. Kemudian keempat, hasil yang diperoleh dari usaha itu juga mesti digunakan dengan benar dan kelima ketika menjalankan usaha itu jangan sampai meninggalkan perkara asas yaitu kewajiban yang terkandung dalam rukun Islam yang lima dan rukun Iman yang enam.

Begitu juga dengan fitrah manusia yang ingin mencari ilmu pengetahuan. Belajarlah dan tuntutlah ilmu tetapi niat mencari ilmu itu mesti betul, pelaksanaannya mesti betul menurut syariat, perkara yang dipelajari itu sah menurut syariat, hasil dari menuntut ilmu itu digunakan dengan benar dan selama menuntut ilmu itu kita tidak meninggalkan perkara-perkara asas seperti tidak meninggalkan shalat, puasa, dan sebagainya.

Dan kerana fitrah kita ingin menguasai daerah yang luas, maka kuasailah dunia ini untuk kebaikan. Tetapi mesti menempuh lima syarat yang kita sebutkan tadi, supaya kekuasaan itu tidak meninggalkan huru-hara orang lain, supaya tidak menimbulkan hasad dengki dan supaya jangan melanggar hak asasi manusia lain.

Jadi, Islam mengatur supaya manusia mendapat keselamatan dengan mengikuti lima syarat yang telah dibentangkan tadi. Dengan demikian maka Allah akan menilainya sebagai ibadah. Jika kita dapat memahami apa yang kita kaji ini dan kemudian kita amalkan sungguh-sungguh maka di akhirat nanti semua itu akan berbuah begitu cantik karena apa saja yang kita usahakan akan mendatangkan dua manfaat. Apa yang kita usahakan itu selain merupakan kemajuan di dunia jugalah mendatangkan kemajuan untuk kita di Akhirat. Ini kerana apa yang kita usahakan bernilai ibadah menurut syariat Islam yaitu dengan memenuhi lima syarat ibadah.

Inilah keagungan dan kebesaran Islam yang sesungguhnya, iaitu setelah datang Rasulullah SAW dan menanamkan iman kepada manusia, maka timbul rasa segan kepada Allah, takut dengan neraka Allah dan cinta dengan Syurga Allah. Dengan itu semua manusia dapat melawan hawa nafsudan syaitan yang senantiasa mengajak manusia berbuat kejahatan. Maka manusia-manusia yang dapat melawan hawa nafsu ini adalah manusia-manusia yang dapat melahirkan kedamaian, keamanan, serta kasih sayang di tengah-tengah kehidupan manusia seluruhnya

Sebaliknya, manusia yang tidak takut kepada Allah, tidak takut dengan neraka Allah dan tidak pula cinta kepada Syurga Allah, semakin dia berkemajuan, semakin banyak ilmunya dan semakin luas daerah kekuasaannya, semakin dia menjadi orang yang jahat. Akhirnya, lahirlah kemungkaran di tengah masyarakat, penindasan dan penzaliman. Akibatnya tidak ada lagi kedamaian dan keamanan di tengah masyarakat, berlakulah perkelahian, pembunuhan dan peperangan yang semua itu membawa penderitaan tidak ubah seperti kehidupan di neraka. Inilah yang dikatakan sebagai ‘neraka dunia’ sebelum neraka akhirat. Allah berfirman di dalam Al Quran:

“Lahirlah kerusakan di daratan dan di lautan adalah akibat ulah tangan manusia.” (QS Ar Ruum 41)

0 comments:

Post a Comment