Tuesday, May 19, 2009

Sayidina Umar bin Khattab RA

Sayidina Umar Ibnu Khattab, nama besar yang harum di bumi dan di langit, salah seorang dari empat sahabat besar yang utama dan beliau dijamin syurga. Beliau merupakan khalifah kedua Rasulullah SAW setelah Sayidina Abu Bakar Ash Shiddiq. Banyak kisah menyebutkan tentang ketaqwaan Sayidina Umar Ibnu Khattab, tentang zuhudnya, tentang ketegasannya membela agama Allah dan sifat waraknya..
Sayidina Umar adalah salah satu bukti kebesaran dan kehebatan Rasulullah SAW kekasih Allah. Berkat doa Rasulullah beliau memeluk Islam. Rasulullah mampu mengubah dan mendidik, mengenalkan Allah pada Umar Ibnu Khattab sehingga menjadi seorang yang super bertaqwa. Dari manusia yang pernah mengubur bayi perempuannya hidup-hidup menjadi manusia yang mampu menyerahkan dunianya, hidup matinya untuk Allah dan RasulNya.Dari manusia yang kejam dan ditakuti se-jazirah arab menjadi manusia yang paling disegani dan dihormati di Timur dan di Barat (Persia & Romawi). Manusia yang membuat seantero jazirah arab terkejut dan tergamami ketika mendengar beliau memeluk agama Islam. Islam telah mengubahnya menjadi manusia yang sangat penyayang, adil dan sangat membela orang miskin. Dari manusia yang sangat keras menjadi manusia yang lembut hatinya, hingga linangan air matanya ketika mengingat dosa membekas di pipinya.
Air matanya selalu mengalir ketika takut kepada Allah, ketika teringat dosa-dosanya dan juga di saat mengaharapkan keampunanNya. Karena takut dengan dosa-dosanya, maka setiap malam beliau memukuli punggungnya sendiri karena merasa banyak berdosa dengan Tuhan. Biarlah dosa-dosaku aku tanggung di dunia daripada aku harus menanggungnya di akhirat kelak begitulah hatinya merintih. Sayidina Umar, dari manusia penyembah roti dan patung menjadi manusia pemuja Allah yang hatinya begitu takut dan cinta dengan Allah.
Sayidina Umar adalah manusia hasil didikan Nabi akhir zaman. Rasa takutnya dengan Tuhan begitu terlihat, hingga selalu bergetar dan menggigil badannya, serta pucat wajahnya ketika mengambil air wudhu. Ketika ditanya oleh sahabat mengenai hal itu, beliau menjawab : “ tahukah engkau kepada siapa aku akan menghadap sesaat lagi?”.Semakin dekat dengan waktu solat, semakin hebat getaran hati beliau. Hingga degupan jantung beliau ketika solat terdengar sampai tiga shaf di belakangnya.Bahkan tercium bau hati terbakar karena hatinya terlalu takut dengan Tuhan. Begitulah rasa takut beliau sewaktu menghadap Allah, Raja dari segala raja.
Sifat tawakal beliau kepada Allah begitu kental, hingga setelah menjadi khalifah pun beliau tidak memiliki pengawal. Suatu ketika seorang utusan Romawi terheran-heran ketika menyaksikan Amirul Mukminin ditemuinya sedang tertidur seorang diri di bawah sebuah pohon, tanpa ada pengawal satupun. Ketika utusan Romawi itu bersiap hendak menghayunkan pedang ke arah sayidina Umar, tiba-tiba muncul dua ekor singa yang akan menerkam pengawal itu. Itulah diantara karamah Sayidina Umar ibnu Khattab. Dan akhirnya utusan itu pun masuk Islam, bukan dengan kekerasan tetapi dengan karamah (kemuliaan yang Allah berikan kepada orang yang sangat dekat padaNya, kalau bagi Nabi dan Rasul disebut Mukjizat).
Pakaian Sayidina Umar teramat sederhana, bahkan sampai bertambal-tambal. Beliau sering menanggung sendiri karung-karung makanan untuk rakyatnya yang miskin. Ketika ditanya oleh orang kenapa beliau berbuat demikian sedangkan beliau adalah khalifah, beliau menjawab : “sesungguhnya yang akan ditanya oleh Allah mengenai perkara ini ( keadaan rakyat ) adalah aku, bukan kalian” .Artinya walaupun dunia di gengamannya tetapi tidak terpaut di hati, jasadnya bersama manusia tetapi hatinya bersama Tuhan ( Zuhud ). Rasa kehambaannya begitu tinggi, hingga beliau berkata : “jika semua orang di neraka sudah selesai hukumannya, dan tinggal seorang yang terakhir, aku takut akulah orangnya”. Padahal disebutkan oleh Nabi SAW ,Shodiqul Masduq, bahwa beliau adalah sahabat yang dijamin syurga.
Ketika dilantik menjadi Khalifah, beliau tidak berusaha tidur dalam kesehariannya. Beliau berkata, “ aku tidak dapat tidur di waktu siang,kerana takut urusan rakyatku tidak selesai. Dan aku juga tidak dapat tidur di waktu malam,kerana takut urusanku dengan Allah tidak selesai”.
Salah satu karamah Sayidina Umar yang lain adalah dengan izin Allah beliau mampu mewujudkan teknologi komunikasi yang super canggih, “the power of taqwa”. Kisahnya, saat itu sayidina Umar sedang berkhutbah di Madinah di hadapan kaum muslimin, tiba-tiba dalam khutbahnya beliau berteriak keras : “Sariyah…pergi ke balik bukit…!” Orang-orang yang hadir saat itu terhairan-hairan mendengar teriakan beliau yang tiba-tiba. Sampailah beberapa minggu kemudian datang sepasukan kaum muslimin, dipimpin oleh Sariyah bin Zanim Al Khalji, pulang dari medan jihad di Jerusalem, Palestina. Sariyah menghadap Sayidina Umar dan menceritakan pengalamannya. Dia mengatakan bahawa, bertepatan di hari dan waktu yang sama saat sayidina Umar berkhutbah di Madinah itu, Sariyah mendengar suara Sayidina Umar memerintahkan pasukannya agar pergi ke balik bukit. Sehingga di dapati pasukannya selamat dari kepungan musuh yang sangat banyak dan akhirnya tentara muslimin berhasil menduduki Jerusalem. Kisah terkenal ini disebutkan dalam kitab terbitan Beirut berjudul Thabaqat Al Munawi Al Qubra dan Jami’ Karamat Al Auliya’.
nil.jpg
Pernah suatu ketika di zaman pemerintahannya, sungai Nil mengalami surut dan kering airnya. Menurut bangsa Qibti ( Mesir ) seorang gadis perawan harus dikorbankan untuk mengalirkan kembali air sungai Nil. Mendengar hal itu Sayidina Amr bin Ash ( Gubernur Mesir saat itu ) mencuba menghalang karena kedatangan Islam telah menghapuskan kepercayaan bangsa Mesir jahiliyah tersebut. Tetapi usahanya tidak membuahkan hasil, sehingga beliau mengirim surat rujukan kepada Khalifah Umar ibnu Khatab. Membaca surat Amr bin Ash, Sayidina Umar kemudian segera menulis sebuah surat yang maknanya : “ Surat ini dikirim oleh Umar, Amirul Mukminin kepada sungai Nil. Wahai sungai Nil…Apabila air yang mengalir pada tubuhmu bukan dari kuasa Allah maka kami tidak memerlukanmu sama sekali, Tapi kami yakin Allah Maha Berkuasa dan kepadaNya kami memohoin supaya kamu mengalir ”.Kemudian Sayidina Umar memerintahkan Amr bin Ash untuk mengirimkan surat itu kepada sungai Nil dengan cara dihanyutkan ke dalam sungai Nil.Sungguh ajaib, dengan serta merta air sungai itupun mengalir seperti sedia kala sehingga akhirnya pengorbanan gadis perawan tidak lagi dilakukan, dan kewibawaan Islam pun naik di Mesir. Dalam kisah ini dapat kita fahami bahawa sungai Nil, sebagai makhluk Allah, pun taat pada khalifahNya. Kisah ini ditulis dalam kitab besar Nadharu Asasul Hukmiatul Islamiyah.
Kemudian, pernah suatu ketika di jazirah arab terjadi gempa bumi dahsyat. Waktu itu Sayidina Umar sudah diangkat sebagai Khalifah. Sungguh di luar logik, hanya dengan tongkatnya Sayidina Umar memukul bumi yang sedang bergetar itu, sambil berkata : “ wahai bumi,engkau hamba Allah dan aku khalifahNya, mengapa engkau berguncang, apakah aku pernah bertindak tidak adil ke atas engkau?”. Dengan izin Allah bumi pun berhenti berguncang, bumi sebagai makhluk Allah pun ikut tunduk patuh kepada khalifah Allah, ”wakil Tuhan” di zaman itu. Dalam dunia wali orang seperti ini disebut Sohibuz Zaman / Ghauts / Khutubul Auliya’/ Sulthanul Auliya’ yaitu pemilik zaman, yang kepadanya Allah mewariskan bumi ini.
Allah berjanji dalam Qur’an Surat Al Anbiya’ ayat 105 : “ akan Aku wariskan bumi ini kepada hamba-hambaKu yang soleh( bertaqwa) ”.
Kepada Sohibuz Zaman ini Allah wariskan bumi atas dasar ketaqwaannya, Allah jadikan semua makhluk tunduk dan patuh kepadanya, binatang, tumbuhan, awan, angin, bumi, hujan, tanah,petir dsb. Sohibuz Zaman adalah wakil Allah di zaman itu, manusia yang paling bertaqwa di zaman itu dan manusia yang paling mengenal ( ma’rifat ) Allah di zaman itu. Dengan sebab / perantaraan ( wasilah ) dia Allah memberlakukan segala kejadian di dunia di zaman itu. Sewaktu ada Nabi dan Rasul maka merekalah Sohibuz Zaman di zaman mereka. Bahkan Rasulullah SAW bukan sekedar Sohibuz Zaman, baginda adalah Sohibul Azman ( pemilik seluruh zaman ) manusia yang paling bertaqwa, manusia yang paling dicintai Allah, pemimpin para Nabi dan para Rasul, pemimpin orang bertaqwa, imam seluruh manusia, uswatun hasanah dan rahmat bagi seluruh alam.
Setelah tidak ada Nabi dan Rasul, maka khusus untuk umat Nabi Muhammad, atas dasar kasih sayangNya, Allah tetap mengirimkan wakilNya di dunia. Orang ini bukan seorang Nabi dan juga bukan seorang Rasul, tetapi peranannya seperti Nabi dan Rasul. Dia diberi gelar Mujaddid, yang diutus Allah setiap seratus tahun di awal kurun hijrah, yang tugasnya membawa manusia kepada Allah, mengembalikan manusia kepada Islam yang tulen, dia membangunkan sistem yang lain daripada sistem yang ada, iaitu membangunkan sistem Rasulullah, sistem Quran dan Sunnah, dia dan jamaahnya mampu melahirkan kebenaran (zohirina ‘alal haq) bukan sekedar memberikan slogan ataupun perkataan, mereka mampu melahirkan sistem hidup Islam secara riil ( madani ) di seluruh aspek kehidupan -akidah, ibadah, akhlak, dakwah, ekonomi, kebudayaan, teknologi, kesihatan, pendidikan dsb-.,Mujaddid akan memberi panduan yang paling tepat dalam mengamalkan Quran dan Sunnah di zamannya.
Gelanggang dakwah serta pengaruh seorang Mujadddid haruslah bersifat universal dan global artinya bukan bersifat lokal atau tidak dibatasi oleh etnik, bangsa dan negara. Dia tidak membawa ajaran baru tapi menunjukkan kepada manusia formula mengamalkan Islam yang tepat dan indah di zamannya.
Sabda Rasulullah SAW:
Artinya : Senantiasa ada satu thoifah ( jamaah ) yang sanggup menzahirkan kebenaran, tidak akan dapat dihancurkan oleh orang-orang yang menghancurkannya, hinggalah sampai datang ketentuan Allah ( hari Kiamat ). – Riwayat Muslim
Artinya : Sesungguhnya Allah membangkitkan untuk umat Islam seorang mujaddid (pembaharu) yang memperbaharui urusan agama (Islam) pada setiap awal kurun. – Riwayat Abu Daud
Saat ini kita berada diawal kurun. Sesuai janji Rasulullah, maka semestinya Mujaddid itu telah lahir dan berperanan. Seluruh umat Islam bahkan seluruh manusia wajib mencari Mujaddid di zaman ini untuk mendapat panduan darinya. Karena Mujaddid inilah Pemimpin / Ulil Amri yang sebenarnya menurut kehendak Allah.Dia adalah susuk pemimpin yang bukan Nabi dan bukan Rasul, tapi menjadi bayangan Rasulullah, dia menyalin apa yang ada pada diri Rasulullah ( pribadinya, akhlaknya, ibadahnya, kasih sayangnya, kesabarannya, keberaniannya, lemah lembutnya, model keluarganya, model rumah tangganya, model jamaahnya,model perekonomiannya, model kebudayaannya, model ukhuwahnya, model pendidikannya, sampai hal-hal yang terkecil dari Rasulullah, yang di zamannya sudah ditinggalkan oleh umat Islam, dia mengamalkannya ) .
Dialah yang diberi gelar “ulama warasatul anbiya’“, sehingga Nabi SAW pernah bersabda mengenai Mujaddid ini yang maknanya “Ulama dikalangan umatku ialah laksana Nabi di kalangan Bani Israil“. Daripadanya kita akan memperoleh panduan hidup yang selamat dunia dan akhirat.
Mujaddid ( wakil Tuhan di zamannya ) yang dengan “ketaqwaannya” akan mampu menyelesaikan segala masalah dunia dengan cara yang Allah kehendaki. Termasuk di dalamnya masalah2 dunia saat ini, masalah Lumpur Lapindo, masalah multi krisis dunia, masalah bencana alam, masalah bencana pengangkutani, flu burung, dadah, AIDS, homoseksual, pornografi, berbagai macam masalah kemanusiaan, dan seribu satu masalah lainnya.
Masalah yang besar yang lain adalah manusia ditimpa bencana, kriminalitas, korupsi, penipuan, penyalahgunaan wewenang peperangan, pembunuhan, perkosaan, kemiskinan, kesusahan, kemunduran dsb.
Akan tetapi menurut seorang Mujaddid masalah yang lebih besar lagi adalah apabila manusia sudah kehilangan iman, kehilangan kasih sayang, kehilangan sifat redha, kehilangan sifat sabar, kehilangan sifat adil, kehilangan kemanuisaan, kehilangan sifat lemah lembut, kehilangan ruh ibadah, kehilangan khusuk dalam solat, kehilangan rasa takut dengan Tuhan, kehilangan rasa malu dengan Tuhan, lalai dengan Tuhan,tidak takut dengan neraka, keruntuhan akhlak serta moral, dan kehilangan perkara2 maknawi/rohani lainnya. Ertinya kalau secara ilmu tasawuf boleh dikatakan ketika itu manusia sudah “kehilangan Tuhan”.
Bencana lahiriah atau material yang terjadi adalah bersumber dari bencana maknawi atau rohani, iaitu apabila manusia sudah “kehilangan Tuhan”. Jika sudah demikian parah kerosakan dunia, meliputi yang material maupun rohani, yang mikro maupun yang makro, maka ertinya Tuhan akan segera mendatangkan “wakilNya” untuk menyelesaikan masalah dunia dengan cara yang Tuhan kehendaki. Mereka itulah para Nabi dan para Rasul. Di saat Rasul sudah tiada maka Tuhan menurunkan seorang Mujaddid.
Atas dasar ketaqwaan mereka, maka Allah memberi rizeki dari sumber tidak terduga, menjamin rizekinya, memberi ilmu, mengampuni dosanya, akan dibuka pintu berkat dari langit dan bumi, akan dibela oleh Allah, diterima ibadahnya, diterima taubatnya dihindarkan dari bala bencana, dibantu dalam segala urusannya, dll janji2 Allah bagi orang yang benar2 bertaqwa. Manusia yang jelas2 bertaqwa adalah para Nabi dan Rasul, Ulama pewaris nabi dan para Mujaddid di setiap zaman.

0 comments:

Post a Comment